Beberapa waktu yang lalu, ketika akan melakukan operasi katarak terhadap seorang pasien BPJS, di kamar ganti baju operasi, aku bertemu dengan seorang dokter spesialis bedah yang sudah tua. Sebagian besar rambut di kepalanya sudah tampak memutih. Dia sedang menunggu untuk operasi.
'Pasien BPJS, dok ?', tanyaku
Dia menjawab, 'Ah, saya nggak perduli mau pasien BPJS atau bukan, pokoknya saya bekerja !`
Lalu, kutimpali, 'Kalau pasien BPJS, jasanya kecil. Karena itulah, ada sebagian dokter bedah yang tidak mau melayani pasien BPJS '.
'Betul', katanya,' Bahkan,ada sejawat yang sudah mengundurkan diri'.
'Buat saya pribadi', lanjut si dokter bedah, 'Mau BPJS kek, mau umum kek, nggak ada masalah buat saya'. 'Pokoknya, semua saya kerjain', katanya santai, 'Sebagai dokter, tugas kita ialah membantu orang yang menderita sakit,...tidak boleh pilih pilih !. Soal rezeki sih itu sudah diatur oleh Tuhan,jadi kita tidak perlu ikut ikutan mengatur urusan yang menjadi urusanTuhan'. Dia ketawa.
'Pasien BPJS, dok ?', tanyaku
Dia menjawab, 'Ah, saya nggak perduli mau pasien BPJS atau bukan, pokoknya saya bekerja !`
Lalu, kutimpali, 'Kalau pasien BPJS, jasanya kecil. Karena itulah, ada sebagian dokter bedah yang tidak mau melayani pasien BPJS '.
'Betul', katanya,' Bahkan,ada sejawat yang sudah mengundurkan diri'.
'Buat saya pribadi', lanjut si dokter bedah, 'Mau BPJS kek, mau umum kek, nggak ada masalah buat saya'. 'Pokoknya, semua saya kerjain', katanya santai, 'Sebagai dokter, tugas kita ialah membantu orang yang menderita sakit,...tidak boleh pilih pilih !. Soal rezeki sih itu sudah diatur oleh Tuhan,jadi kita tidak perlu ikut ikutan mengatur urusan yang menjadi urusanTuhan'. Dia ketawa.
Saya betul betul takjub. Ternyata, di era BPJS yang katanya menyengsarakan para dokter, masih saja ada dokter yang berhati 'emas' dan mulia seperti si dokter tua ini.