Jumat, 25 April 2014

MINAZ ZHULUMATI ILAN NUR

Inilah salah satu pesan Kartini kepada teman temannya di Eropah.

”Kartini berada dalam proses dari kegelapan menuju cahaya ( door duisternis Tot Licht ). Namun cahaya itu belum purna menyinarinya secara terang benderang, karena terhalang oleh tabir tradisi dan usaha westernisasi. Kartini telah kembali kepada Pemiliknya, sebelum ia menuntaskan usahanya untuk mempelajari Islam dan mengamalkannya, seperti yang diidam-idamkannya: Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang agama Islam patut disukai”
(Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902).

MENCIUM ANAK

Di sebuah masyarakat di jazirah Arab yang masih terbelakang dan bodoh , yang masih  terikat kuat dengan tradisi menguburkan anak hidup hidup dan menganggap aib memiliki anak perempuan, seorang Nabi melakukan sebuah perilaku 'aneh'.

Pada suatu hari, di depan orang banyak, Nabi tersebut mencium kedua cucunya yang masih balita, Hasan dan Husein (as). Orang orang merasa heran. Seketika itu juga seorang sahabat bernama Aqra' bin Habis yang berada di samping beliau, berujar : " Aku memiliki 10 orang anak dan sampai sekarang  aku belum pernah mencium seorangpun dari mereka!" .
Nabi menjawab singkat : " Kasih sayang Allah telah tercerabut dari dalam hatimu !".

MENSYUKURI MUSIBAH

Tujuh hari setelah menjalani operasi katarak, seorang pasien yang berusia 50-an tahun 'curhat' kepada dokternya.

'Dok, aku ini pebisnis yang 'super sibuk', katanya, 'Hari hariku dipenuhi dengan urusan bisnis dan jarang tinggal lama di rumah. Jujur saja,dok, penyakit katarak dan operasi katarak ini sungguh merupakan musibah yang amat menyakitkan buat diriku. Karena, aku terpaksa beristirahat di rumah dan tidak bisa melakukan aktivitas apapun'.