Sabtu, 28 Juni 2014

TAKUT MENGHADAPI RESIKO

Beberapa tahun yang silam, di dalam sebuah acara temu ilmiah , saya bertemu dengan seorang teman sejawat yang bertugas di di daerah Indonesia bagian Timur.
Di akhir perbincangan kami, dia berkata, 'Beberapa tahun terakhir ini saya sudah tidak lagi melakukan operasi katarak'.
'Looh...., kenapa ?', tanya saya.
'Saya tidak mau lagi membuat para pasien saya menderita akibat komplikasi operasi dan kemudian harus menghadapi tuntutan mereka ', jawabnya.

Sebagai sesama teman sejawat, tentu saja saya harus menghormati pilihannya itu. Namun, saya bisa 'mencium' ada aroma ketidakberdayaan, keputusasaan, apatisme dan pesimisme di dalam ucapannya itu.

PEMIMPIN YANG TIDAK AMBISI KEKUASAAN !

Mantan Presiden Republik Islam Iran ( RII ), Mahmud Ahmadinejad, tidak saja dijadikan sebagai protipe presiden yang sederhana dan dicintai rakyatnya, namun juga dikenal sebagai pemimpin yang dapat bersikap tegas dan berwibawa.

Ahmadinejad pernah menjabat Walikota Teheran dalam kurun waktu 2003 - 2005. Namun, sebelum masa tugasnya sebagai walikota berakhir, beliau diminta menjadi capres dan akhirnya terpilih sebagai presiden RII selama 2 priode berturut turut sejak 2005 sampai 2013. Dia memenangkan Pilpres dengan meraih dukungan rakyat Iran lebih dari 60 % . Dia berhasil menyejahterahkan rakyatnya sekaligus membawa RII sebagai negara yang disegani di dunia internasional.

LOGIKA KEKUATAN

Orang yang lemah dalam kekuatan logika, akan menggunakan logika kekuatan (KH Jalaluddin Rakhmat).

Yang termasuk dalam logika kekuatan ialah berbagai teror mental dan derivatnya semisal pembunuhan karakter (character assassination) seseorang.
Modusnya ialah kutip sebanyak banyaknya informasi ilusi atau analisis subjektif yang memuat kejelekan, keburukan, kekurangan dan kelemahan pihak lain.
Dan, jangan sekali kali menyebut nyebut kebaikan, kebagusan, kehebatan prestasi, penghargaan dan kekuatan orang yang sedang kita bunuh karakternya itu.

Ajaibnya, logika kekuatan ini bahkan tidak jarang digunakan oleh kaum intelektual yang berlatarbelakang pendidikan tinggi.

BEREBUT KEPEMIMPINAN

Al-Syahrastani , dalam kitab al-Milal waal-Nihal menulis, "Tidak pernah darah di tumpahkan dan pedang dihunus dalam Islam kecuali karena pertikaian masalah Imamah ( kepemimpinan ).

Bahkan, pertikaian soal kepemimpinan itu telah muncul tatkala Nabi Muhammad SAW baru saja meninggal dunia dan jenazah beliaupun belum dikebumikan. Sedemikian hebatnya pertikaian soal kepemimpinan ini sehingga - menurut catatan sejarah- telah terjadi teror mental dan tindakan anarkis diantara para Sahabat Nabi pada waktu itu. Sebagian Sahabat Nabi bahkan tidak mengakui legitimasi kepemimpinan Khalifah ( pemimpin umat ) yang baru dan menolak berbai'at ( menyatakan sumpah setia ) kepadanya.

PINDAH JABATAN : TIDAK AMANAH ?.

Kamis pagi, 1 Oktober 2009, Ketua Mahkamah Agung Harifin Tumpa memimpin pengucapan sumpah/janji 560 orang anggota DPR periode 2009-2014.

Inilah sebagian dari isi sumpah/janji itu.

"Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji: bahwa saya, akan memenuhi kewajiban saya sebagai anggota/ketua/wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya.....bahwa saya dalam menjalankan kewajiban akan bekerja dengan sungguh-sungguh.....mengutamakan kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi, seseorang, dan golongan; bahwa saya akan memperjuangkan aspirasi rakyat yang saya wakili......."

Salah seorang diantara anggota DPR yang bersumpah dan berjanji pada waktu itu adalah bapak Iwan Prayitno, dari fraksi PKS. Namun, baru beberapa bulan 'menghuni' gedung DPR/MPR, bapak Iwan Prayitno mengundurkan diri karena terpilih sebagai Gubernur Sumatera Barat 2010-2015. Tahun 2005, beliau pernah mencoba mencalonkan diri sebagai Gubernur Sumatera Barat, namun tidak berhasil karena 'dikalahkan' oleh bapak Gamawan Fauzi, yang kemudian sekarang menjabat Menteri Dalam Negeri.