Seusai sholat berjama'ah bersama ayah (buya) nya, Nurul Fatimah -yang baru berusia 9 tahun- bertanya , 'Buya, kenapa saat melakukan sujud, buya selalu meletakkan kening di atas batu ini ?'.
'Batu ini namanya turbah,nak. Turbah adalah gumpalan tanah yang dikeraskan dan dicetak dengan berbagai macam bentuk dan ukuran', jawab si buya.
'Untuk apa turbah ini, buya ?', tanyanya.
'Nurul sudah tahu bahwa sholat adalah salah satu ibadah kita kepada Allah Ta'ala.'. Diantara gerakan gerakan yang kita lakukan di dalam sholat, sujud melambangkan penghambaan diri kita yang paling dalam kepada Tuhan'. Di dalam sujud, kita meletakkan kening kita di atas tanah atau turbah ini'
'Lalu, kenapa di dalam sujud , kening harus diletakkan di atas tanah, buya ?'
'Kening itu letaknya di kepala kita. Kepala adalah organ tubuh yang menjadi kebanggaan kita. Bukankah kita berfikir dengan otak yang tersimpan di dalam batok kepala kita ?. Dengan berfikir, kita menjadi pintar dan hebat'.
Coba kamu perhatikan, Nurul. Dimanakah mahkota raja diletakkan ?. Di kepala, bukan ?. Ketika diwisuda, di atas kepala Umi diletakkan topi toga. Umi baru disebut sarjana, manakala tali topi toga itu sudah dipindahkan dari kanan ke kiri'.
Tetapi, terkadang organ kepala kita ini membuat kita menjadi sombong, angkuh dan merasa hebat . Nurul tahu apa peribahasanya ?.
'Tahu dong buya....Besar Kepala !'.
'Betul. Pada waktu sujud, kita beriktikad di dalam hati bahwa hanya Allah-lah Tuhan yang Maha Besar dan Maha Kuasa, kita tidak ada apa apanya dibandingkan dengan kebesaran dan kekuasaanNya. Untuk itu, kita harus menghancurkan kebanggaan dan merendahkan ke-aku-an diri kita dengan meratakan kening kita di atas tanah. Kening mewakili kepala kita'.
'Lantas, kenapa harus di atas tanah, buya ?', tanya Nurul.
'Pertama. Allah menjadikan diri kita dari tanah. Jadi, tanah yang sering kita injak injak dan terkadang dijadikan tempat buang kotoran itu adalah asal muasal kita semua. Karena itulah, ketika kita meninggal dunia, jasad kita akan dikembalikan dan dibenamkan ke dalam tanah'
'Kedua, tanah adalah tempat yang paling rendah di atas permukaan bumi ciptaan Allah ini, sementara kening mewakili kepala kita yakni bagian yang paling tinggi dari diri kita'.
'Maka, tatkala kita merebahkan kening kita di atas tanah atau turbah pada waktu sujud , seakan akan kita meremukkan kebanggaan diri kita. Kita diingatkan akan asal muasal kita yang hina dina sehingga kita tidak mudah menjadi sombong, angkuh dan merasa hebat entah karena kecantikan, ilmu, kekayaan ataupun kekuasaan yang kita miliki. Sebab, hanya Allah-lah pemilik sejati dari semua 'Kebesaran','Ilmu' dan 'Kekuasaan'.
'Nurul sudah mengerti,buya. Danke, syukron, thanks buya !.
'Batu ini namanya turbah,nak. Turbah adalah gumpalan tanah yang dikeraskan dan dicetak dengan berbagai macam bentuk dan ukuran', jawab si buya.
'Untuk apa turbah ini, buya ?', tanyanya.
'Nurul sudah tahu bahwa sholat adalah salah satu ibadah kita kepada Allah Ta'ala.'. Diantara gerakan gerakan yang kita lakukan di dalam sholat, sujud melambangkan penghambaan diri kita yang paling dalam kepada Tuhan'. Di dalam sujud, kita meletakkan kening kita di atas tanah atau turbah ini'
'Lalu, kenapa di dalam sujud , kening harus diletakkan di atas tanah, buya ?'
'Kening itu letaknya di kepala kita. Kepala adalah organ tubuh yang menjadi kebanggaan kita. Bukankah kita berfikir dengan otak yang tersimpan di dalam batok kepala kita ?. Dengan berfikir, kita menjadi pintar dan hebat'.
Coba kamu perhatikan, Nurul. Dimanakah mahkota raja diletakkan ?. Di kepala, bukan ?. Ketika diwisuda, di atas kepala Umi diletakkan topi toga. Umi baru disebut sarjana, manakala tali topi toga itu sudah dipindahkan dari kanan ke kiri'.
Tetapi, terkadang organ kepala kita ini membuat kita menjadi sombong, angkuh dan merasa hebat . Nurul tahu apa peribahasanya ?.
'Tahu dong buya....Besar Kepala !'.
'Betul. Pada waktu sujud, kita beriktikad di dalam hati bahwa hanya Allah-lah Tuhan yang Maha Besar dan Maha Kuasa, kita tidak ada apa apanya dibandingkan dengan kebesaran dan kekuasaanNya. Untuk itu, kita harus menghancurkan kebanggaan dan merendahkan ke-aku-an diri kita dengan meratakan kening kita di atas tanah. Kening mewakili kepala kita'.
'Lantas, kenapa harus di atas tanah, buya ?', tanya Nurul.
'Pertama. Allah menjadikan diri kita dari tanah. Jadi, tanah yang sering kita injak injak dan terkadang dijadikan tempat buang kotoran itu adalah asal muasal kita semua. Karena itulah, ketika kita meninggal dunia, jasad kita akan dikembalikan dan dibenamkan ke dalam tanah'
'Kedua, tanah adalah tempat yang paling rendah di atas permukaan bumi ciptaan Allah ini, sementara kening mewakili kepala kita yakni bagian yang paling tinggi dari diri kita'.
'Maka, tatkala kita merebahkan kening kita di atas tanah atau turbah pada waktu sujud , seakan akan kita meremukkan kebanggaan diri kita. Kita diingatkan akan asal muasal kita yang hina dina sehingga kita tidak mudah menjadi sombong, angkuh dan merasa hebat entah karena kecantikan, ilmu, kekayaan ataupun kekuasaan yang kita miliki. Sebab, hanya Allah-lah pemilik sejati dari semua 'Kebesaran','Ilmu' dan 'Kekuasaan'.
'Nurul sudah mengerti,buya. Danke, syukron, thanks buya !.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar