Ada 3 pola hubungan antara dokter dengan pasiennya yakni pola paternalistik, pola individual dan pola resiprokal kolegial.
Pada pola paternalistik, pasien melihat dokternya sebagai seorang 'bapak' yang memiliki otoritas mutlak atas tubuhnya. Pokoknya, dia manut saja apapun keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh dokter terhadap dirinya.
Pasien seperti ini yakin seyakin yakinnya bahwa seorang dokter dalam memberikan pengobatan tidak mungkin mencederai tubuhnya, sesuai prinsip first do no harm
Dalam pandangan mereka, dokter dokter seperti ini diyakini memiliki kualitas moral dan sikap etik yang amat terpuji serta bekerja dengan sangat profesional.
Pada pola paternalistik, pasien melihat dokternya sebagai seorang 'bapak' yang memiliki otoritas mutlak atas tubuhnya. Pokoknya, dia manut saja apapun keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh dokter terhadap dirinya.
Pasien seperti ini yakin seyakin yakinnya bahwa seorang dokter dalam memberikan pengobatan tidak mungkin mencederai tubuhnya, sesuai prinsip first do no harm
Dalam pandangan mereka, dokter dokter seperti ini diyakini memiliki kualitas moral dan sikap etik yang amat terpuji serta bekerja dengan sangat profesional.
Kita tidak ragu ragu untuk menyebutkan bahwa sejawat sejawat kita di zaman OLD dulu umumnya adalah dokter dokter yang memiliki karakter seperti ini.
Namun, arus deras modernisasi yang disusul dengan dengan kapitalisasi dan materialisasi yang mendominasi hampir di seluruh sendi sendi kehidupan kita sekarang ini, termasuk dunia kesehatan, tidak bisa dipungkiri telah mempengaruhi karakter sebagian dokter.
Godaan terhadap kemewahan serta rakus terhadap harta benda dan aksesori duniawi adalah diantara berbagai faktor yang menyebabkan seorang dokter cenderung tidak lagi menjunjung tinggi nilai nilai luhur profesi dokter dan berpotensi melakukan pelanggaran terhadap etik, disiplin dan hukum.
Celakanya, sebagian besar pasien di zaman NOW ini masih saja memandang dokter seperti ini dari kacamata paternalistik.
Karena itu, tidak heran, mereka segera menjadi objek santapan yang dimanfaatkan untuk memuaskan syahwat hedonisme si 'oknum' dokter.
Menyedihkan....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar