Dokter Tulus, seorang dokter spesialis mata 'sepuh' yang berusia 75 tahun masih tampak segar dan bugar. Dia senang melakukan operasi katarak dalam kegiatan bakti sosial buat masyarakat miskin dan tidak mampu.
Walaupun sudah divonis menderita penyakit jantung dan diminta untuk istirahat , namun -seakan akan tak memperdulikannya- dokter Tulus tetap saja mengikuti berbagai kegiatan bakti sosial operasi katarak (baksos katarak) dari satu daerah ke daerah yang lain.
Anaknya, seorang pengusaha besar dan sukses, tentu saja merasa khawatir melihat keadaan bapaknya. Dia takut sewaktu waktu serangan jantung akan menimpa ayahnya dan membayangkan kejadian yang tak diinginkannya.
Suatu hari, si anak -dengan setengah 'memaksa'- meminta agar dokter Tulus lebih memperhatikan kesehatannya dan lebih banyak beristirahat di rumah'
Dokter Tulus menjawab, 'Kalau kau memaksaku untuk banyak istirahat, aku tidak lagi bisa mengikuti baksos katarak !'.
Si anak menyahut. 'Ayah tak perlu lagi operasi......Ayah kan sudah tua dan dalam keadaan sakit'.
'Sebenarnya apa yang membuat ayah begitu senang dan bersemangat mengikuti baksos baksos katarak itu ?', tanya si anak.
'Aku mendapatkan kebahagiaan yang luar biasa,' jawab si Ayah
'Kebahagiaan apa, Yah ?', tanya anaknya lagi.
Si Ayah berkata,
' Saat kedua tanganku bekerja melakukan operasi, aku membayangkan orang orang yang aku operasi itu akan bisa kembali melihat terangnya dunia ciptaan Tuhan ini, dapat kembali menikmati tawa ceria dari keluarga dan sanak keluarganya serta dapat kembali menjalani kehidupannya dengan lebih baik'.
'Bukankah ini satu kebahagiaan karena aku masih punya manfaat bagi orang lain ?'
'Bagiku, hidup 'berleha leha' tanpa manfaat itu artinya sama saja dengan hidup sekedar menunggu mati'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar