- Ini adalah sepotong kisah tentang seorang dokter tua yang berusia 89 tahun ,namanya dokter Ramnik Doshi . Dokter Ramnik Doshi tinggal di sebuah desa terpencil di Gujarat, India. Di rumah sakit dekat tempat tinggalnya ,dokter Ramnik Doshi bekerja keras menyediakan pengobatan mata secara gratis dan terjangkau bagi mereka yang miskin dan tidak mampu.
Guhta Mehta, penulis wanita yang menemukan dokter Ramnik Doshi dan menceritakan kisah perjalanan hidupnya di situs http://www.movedbylove.org/profiles/story.php?sid=4 menulis , melihat pria sederhana ini dengan tubuhnya yang kecil di dalam balutan kaos oblong , anda tidak akan percaya bahwa ia bertanggung jawab memberikan pengobatan mata kepada ribuan masyarakat miskin di pedesaan. Ia telah melakoni pekerjaannya ini selama hampir 30 tahun.
![]() |
http://www.movedbylove.org/profiles/story.php?sid=4 |
Lantas, pesan apa yang dapat kita peroleh dari perjalanan hidup si dokter ‘sepuh’ ini ?.
Suatu hari, seseorang bertanya kepada dokter Ramnik Doshi, “Pak,berapa
banyak sih operasi mata yang sudah Bapak kerjakan ? ” Dia tidak
menjawab. Malah balik bertanya. “ Apa yang Bapak makan pada Rabu siang
yang lalu ? ” Orang - orang tidak dapat menahan senyum. Tentu saja
anda tidak dapat mengingat apa yang anda makan seminggu yang lalu,
karena hal itu tidak begitu penting. “Similarly, for Dr. Doshi, tulis Guhta Mehta, his accomplishments and accolades don’t need to be paraded” , sama buat dokter ( Ramnik ) Doshi prestasi dan penghargaan yang pernah diterimanya tidak untuk disebut sebut.
Pesan moral yang ingin disampaikan oleh dokter Ramnik Doshi ini sangat
sederhana, Bekerjalah tanpa pamrih !. Anda tidak perlu mengingat ingat
dan menyebut – nyebut berapa banyak operasi mata yang sudah anda
kerjakan. Apakah banyaknya bagaikan butir pasir di pantai atau hanya
sekedar selembar daun di tengah hutan belantara. Hal semacam itu tidak
terlalu penting untuk diperbincangkan!.
Di dalam perspektif agama, perbuatan yang menyebut – nyebut amal
kebajikan atau memamer mamerkan amal kebajikan dengan tujuan memanen
pujian, penghormatan atau simpati dari orang lain merupakan sikap dan
perilaku yang tidak ikhlas dan bukan didasari niat ‘karena Allah’.
Dokter Ramnik Doshi tidak hanya berbicara tetapi juga bekerja.
Dan,dalam berbicara dia tidak mengutip firman firman Tuhan ataupun
ucapan para Nabi dan Rasul Tuhan sekedar untuk menjustifikasi apa yang
akan dan harus dikerjakannya.
Guhta Mehta melanjutkan ceritanya. Terinspirasi oleh Ravishankar
Maharaj, seorang reformis pengikut Mahatma Gandhi yang terkenal dengan
prinsip perjuangan Swadeshi dokter Ramnik Doshi dan tiga orang dokter
sahabatnya serta dibantu oleh beberapa relawan, melakukan eksperimen
pertama dengan mobile eye camp untuk pengobatan mata di desa Petlad. Pengadaan biaya untuk mobile eye camp
ini mereka peroleh dengan cara menghutang uang ke bank tanpa jaminan
untuk mampu melunasinya. “Semua orang mengira kami sudah gila hingga
kami bertemu dengan seorang penyandang dana yang juga merupakan pengagum
Ravishankar Maharaj “, ucap dokter Ramnik Doshi menceritakan awal
mula perjalanan hidup mereka melayani masyarakat.
Pada hari pertama mobile eye camp dibuka,ratusan orang datang
untuk mendapatkan pengobatan mata. Kebetulan pada hari itu, ada seorang
pejabat negara sedang berkunjung ke desa itu. Sang pejabat
menyempatkan diri untuk melihat pelayanan di mobile eye camp tersebut. Dia begitu terharu menyaksikan kejadian itu sehingga rela menyumbangkan uangnya untuk menutupi biaya operasional mobile eye camp pada hari itu.
Tidak sampai disitu saja, Sang pejabat dermawan tersebut memutuskan
untuk membayar gaji ketiga relawan dokter yang telah menyumbangkan
waktu dan tenaga mereka untuk melayani masyarakat. dokter Ramnik Doshi
mengenang saat-saat itu, “Selama tiga hari, kami perang batin. Kami
datang untuk melayani, jadi kami menolak tawarannya. tetapi ia tetap
memaksa. Pada akhirnya, Ravishankar Maharaj memberikan saran yang amat
bijaksana. “Sebaiknya kita menerima uangnya , katanya, dan
menggunakannya untuk meningkatkan kualitas mobile eye camp di masa mendatang ”.
Di satu sisi dokter Ramnik Doshi dan teman – temannya tidak mau terikat
dengan bantuan finansial yang dihibahkan kepada mereka, namun di sisi
lain mereka tetap ingin menjaga perasaan orang yang sudah
menyumbangkan uangnya untuk membantu orang – orang miskin dan tidak
mampu.
Dengan sikap seperti itu, seakan – akan dokter Ramnik Doshi ingin
mengingatkan kita semua bahwa sebagai manusia yang telah memilih jalan
hidup sebagai seorang dokter, maka dalam pekerjaan melayani
masyarakat, motivasi utama kita seharusnya adalah untuk membantu
mengobati penyakit yang mereka derita.
Seyogyanya kita tidak boleh terpengaruh dengan keinginan atau godaan
untuk mengumpulkan uang sebanyak banyaknya dari para pasien di atas
penderitaan mereka. Kalaupun harus menerima imbalan jasa, maka hal itu
semestinya hanya diperuntukkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kita terhadap para pasien.Sikap seperti ini ternyata selaras dengan isi
Kode Etik Kedokteran Indonesia. Tentang asas independensi dalam
profesi dokter termaktub di dalam Pasal 7a yang berbunyi : ”.“
Setiap dokter dalam setiap praktik medisnya memberikan pelayanan medis
yang kompeten dengan KEBEBASAN TEKNIS DAN MORAL sepenuhnya disertai
rasa sayang ( compassion ) dan penghormatan atas martabat manusia.
Dalam Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kdokteran Indonesia Pasal 3, tentang Imbalan Jasa, disebutkan : “
Adalah tidak sesuai dengan martabat jabatan kalau seorang dokter
menerima imbalan jasa yang besarnya jauh melebihi pada lazimnya.
Menerima yang berlebih lebih itu, sedikit banyak mengurangi wibawa dan
kebebasan bertindak dokter tersebut “.
Dengan menerima bantuan dana dari sang donatur dermawan itu, pesan
moral yang sebetulnya ingin disampaikan oleh dokter Ramnik Doshi ialah
bahwa kita harus menghormati orang orang yang dengan sukarela mau
menyumbangkan kelebihan rezekinya buat kegiatan – kegiatan bakti sosial
. Salah satu bentuk apresiasi kita kepada para donatur dermawan ini
ialah bahwa kita tidak selayaknya berpretensi mencurigai ‘asal muasal’
dana yang mereka sumbangkan. Sebagian orang mungkin ada yang menduga –
duga ‘ jangan – jangan dana yang disumbangkannya itu diperolehnya dari
praktek – praktek bisnis kapitalis ?. Koq anda mau juga menerima
dananya untuk baksos ?. Menuduh atau mencurigai orang lain tanpa bukti
bukti yang terang, jelas dan nyata – dalam bahasa agama – dikategorikan
sebagai ‘su’u zhon’ , berprasangka jelek atau – dalam Psikologi Kognitif – disebut dengan negative thinking!.
Ketika salah seorang dokter yang telah bersama dokter Ramnik Doshi
selama 22 tahun ditanya apa yang paling dia sukai dari dr. Ramnik
Doshi, ia menjawab, “ I like everything about him but one quality that stands out is that he has no false thoughts”, Aku
menyukai segala hal tentangnya, namun satu sifat yang paling menonjol
darinya adalah ia tidak pernah punya fikiran fikiran yang buruk ”.
Pesan moral yang ingin disampaikan dokter Ramnik Doshi ialah
bangkitkanlah fikiran – fikiran positif dan singkirkanlah jauh – jauh
fikiran – fikiran yang buruk dari dalam benak kita. Memang, menurut
beberapa penelitian ilmiah, orang – orang yang selalu memelihara
fikiran positif di dalam kepalanya cenderung memiliki derajat kesehatan
dan kualitas kebahagian yang tinggi serta tidak mudah sakit.
Apa yang menyebabkan dokter Ramnik Doshi bisa punya usia yang panjang,hidup sehat dan bugar ?.
Mari kita dengarkan penuturannya.“I haven’t been sick for the past
fifty years. No cold, no flu, no diarrhea, no sore throat, nothing.”
What’s his secret? “To live with joy” he confidently reports with a big
smile”. ““Aku belum pernah sakit sejak 50 tahun terakhir ini. Tidak
pernah demam, tidak pernah flu, diare, radang tenggorokan, tidak pernah
sakit apapun. “Apa rahasianya? “Bersyukur dalam hidup.” katanya penuh
keyakinan dengan senyum mengembang.
Lalu, darimana ia memenuhi kebutuhan hidupnya sehari hari ?.
Dan, inilah jawabannya.“Its simple cause and effect. If you feed
others, you won’t go hungry. I give others health, so I don’t get sick.
Serve others, and you will be served.” “Ini hanyalah hukum sebab
akibat. Jika kau memberi makan orang lain, kau tidak akan kelaparan.
Saya menyumbangkan pelayanan kesehatan bagi orang lain sehingga saya
tidak sakit. Layanilah orang lain, dan kau akan dilayani.”
Saya teringat dengan Stephen Foster PhD yang menulis sebuah buku yang
berjudul “Why Good Things Happen to Good People”. Di dalam buku ini
diceritakan bagaimana penemuan – penemuan ilmiah mutakhir ternyata
membuktikan adanya hubungan yang sangat signifikan antara perilaku
berbuat baik terhadap orang lain dengan usia yang lebih panjang, hidup
yang lebih sehat dan perasaan yang lebih bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar