Dokter Tulus dan istrinya baru saja pulang dari 'acara' cuci mata dan berbelanja di sebuah mall di Bekasi. Di persimpangan jalan, lampu merah menyala. Mobil yang dikenderai dokter Tulus berhenti , persis di belakang sebuah mobil berplat merah yang di tubuh sampingnya tertulis nama sebuah instansi pemerintah.
Seorang pengemis mendekati mobil itu, dia menengadahkan kedua tangannya mengharapkan belas kasihan si pengemudi mobil. Beberapa saat kemudian, kaca mobil diturunkan, sepotong tangan menjulur keluar dengan menggenggam uang kertas limapuluh ribu. Si pengemis meraih uang itu. Wajahnya sangat bersuka cita. Dia mengucapkan terima kasih dan pergi.
'Aneh sekali', kata istri dokter Tulus, yang duduk disampingnya.
'Apanya yang aneh ?', tanya dokter Tulus.
'Sebagai aparat pemerintah orang itu tidak memberikan contoh yang baik. Menurut aturan, kita dilarang untuk memberikan uang kepada pengemis di jalanan', sahut istrinya.
'Setuju. Tetapi, menurut aturan juga, Pemerintah wajib mengurus orang orang miskin dan terlantar. Apakah aturan itu sudah dijalankan ?. Jawab dokter Tulus.
'Ok lah'. Tapi, ada yang lebih aneh lagi dan kurasa mungkin tidak lazim'
'Apa itu ?'
'Si aparat pemerintah itu memberikan uang yang cukup banyak kepada si pengemis secara cuma cuma. Menurutku ini sangat tidak lazim. Darimana ia mendapatkan uang itu , kalau bukan dari hasil korupsi, pungutan liar atau menjalankan bisnis bisnis haram ?', ujar si istri.
'Jangan suka berburuk sangka. Tidak baik buat kesehatanmu', kata dokter Tulus.
'Kalau belum mampu berbuat baik untuk menolong orang lain, sebaiknya diam saja dan tidak malah mencemooh dengan melontarkan kecurigaan kecurigaan atau prasangka prasangka jelek kepada dirinya'.
'Justru - menurutku - jauh lebih baik kita mendo'akan orang itu, supaya Tuhan selalu menjaga kesehatan tubuhnya dan memperbanyak rezekinya sehingga ia dapat bersedekah lebih banyak kepada lebih banyak orang lagi'.
'Sikap seperti inilah yang diajarkan oleh agama kita !!'.
Seorang pengemis mendekati mobil itu, dia menengadahkan kedua tangannya mengharapkan belas kasihan si pengemudi mobil. Beberapa saat kemudian, kaca mobil diturunkan, sepotong tangan menjulur keluar dengan menggenggam uang kertas limapuluh ribu. Si pengemis meraih uang itu. Wajahnya sangat bersuka cita. Dia mengucapkan terima kasih dan pergi.
'Aneh sekali', kata istri dokter Tulus, yang duduk disampingnya.
'Apanya yang aneh ?', tanya dokter Tulus.
'Sebagai aparat pemerintah orang itu tidak memberikan contoh yang baik. Menurut aturan, kita dilarang untuk memberikan uang kepada pengemis di jalanan', sahut istrinya.
'Setuju. Tetapi, menurut aturan juga, Pemerintah wajib mengurus orang orang miskin dan terlantar. Apakah aturan itu sudah dijalankan ?. Jawab dokter Tulus.
'Ok lah'. Tapi, ada yang lebih aneh lagi dan kurasa mungkin tidak lazim'
'Apa itu ?'
'Si aparat pemerintah itu memberikan uang yang cukup banyak kepada si pengemis secara cuma cuma. Menurutku ini sangat tidak lazim. Darimana ia mendapatkan uang itu , kalau bukan dari hasil korupsi, pungutan liar atau menjalankan bisnis bisnis haram ?', ujar si istri.
'Jangan suka berburuk sangka. Tidak baik buat kesehatanmu', kata dokter Tulus.
'Kalau belum mampu berbuat baik untuk menolong orang lain, sebaiknya diam saja dan tidak malah mencemooh dengan melontarkan kecurigaan kecurigaan atau prasangka prasangka jelek kepada dirinya'.
'Justru - menurutku - jauh lebih baik kita mendo'akan orang itu, supaya Tuhan selalu menjaga kesehatan tubuhnya dan memperbanyak rezekinya sehingga ia dapat bersedekah lebih banyak kepada lebih banyak orang lagi'.
'Sikap seperti inilah yang diajarkan oleh agama kita !!'.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar