Jumat, 13 Desember 2013

'BUMBU PENYEDAP' RUMAH TANGGA

Di tempat praktek, saya pernah kedatangan  pasien, seorang pria yang berusia sekitar 60-an tahun. Istrinya baru saja wafat beberapa bulan yang silam.

Yang agak 'aneh' buat saya ialah setiap kali saya menyebut nyebut istrinya, dia tidak bisa menahan tangisnya. Airmatanya berlinang linang tatkala dia menceritakan bagaimana istrinya selalu membahagiakan hatinya walau dia kerap menyakiti dan mengecewakannya. Rupanya, baik kenangan indah maupun derita batin yang pernah dirasakannya berdua bersama sama sang istri masih terpatri kuat di dalam benaknya. Sungguh mengharukan sekaligus menakjubkan !.

Peristiwa kecil ini mengingatkan kita semua bahwa perjalanan kehidupan suatu rumah tangga memang tidak bisa tidak harus  mengalami  pasang surut, perasaan suka dan duka  serta rasa sayang dan benci  selalu datang silih berganti diantara  pasangan suami istri yang menjalaninya. Sebutlah keadaan ini semacam 'bumbu bumbu penyedap' kehidupan rumah tangga.

Kehidupan rumah tangga yang tidak diisi dengan 'bumbu bumbu penyedap' sesungguhnya adalah sebuah kehidupan yang 'hambar' dan 'datar datar saja'. Kehidupan rumah tangga seperti ini tidak akan menimbulkan kenangan apa apa begitu salah satu meninggal dunia. Perasaan duka dan sedih tidak akan berlangsung lama dan boleh jadi yang ditinggal segera mencari pendamping hidupnya yang baru.

Berbeda halnya, ketika perjalanan kehidupan suami istri itu ditaburi dengan 'bumbu bumbu penyedap' , maka tatkala salah satu diantaranya meninggal dunia, akan ada banyak kenangan kenangan emosional yang lekat dan mengikat serta tidak mudah untuk dilupakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar