Minggu, 15 Desember 2013

'TUGAS KITA HANYA IKHTIAR,DOK !'


Suatu hari, saya melakukan operasi katarak terhadap seorang bapak yang berusia 60 an tahun. Hari pertama setelah operasi,perban mata dibuka, tajam penglihatan mata si pasien ( yang biasa disebut dengan 'visus' ) segera diukur. Walaupun hasilnya tidak begitu jelek, namun....,sungguh sangat mengecewakanku dan , pastilah juga, mengecewakan pasien dan keluarganya.

Seketika, perasaan cemas berkecamuk di dalam diriku. Bayangan 'menakutkan' menghantuiku hari demi hari.' 'Sudah ratusan pasien yang berhasil aku operasi, koq pasien yang ini tidak berhasil ?', kata hatiku seolah olah tidak menerima kenyataan itu.


Saat kontrol kembali pada hari ke-7, usai melakukan pemeriksaan, ternyata penglihatan mata si pasien tak juga kunjung membaik. Dunia terasa akan runtuh . Tubuhku lemah lunglai. Lalu, aku berkata kepadanya dengan suara datar dan terbata bata ; 'Pak, saya mohon ma'af, Pak, hasil operasi saya tidak sesuai dengan harapan Bapak '. Saya sudah....

Tiba tiba, dia menyela.
' Tidak ada yang perlu dima'afkan, dok', katanya. 'Malah, sayalah yang harus berterima kasih kepada dokter. Keadaan mata saya sekarang sudah lebih baik dari sebelumnya. Dokter sudah berusaha bersungguh sungguh mengoperasi mata saya dan merawatnya dengan baik. Apalagi hubungan kita sudah seperti keluarga saja ,dok '. Buat saya , ini saja sudah merupakan karunia yang amat berharga', 'Biarkanlah Allah yang mengatur hasilnya, dok'. 'Tugas kita hanyalah berikhtiar saja !'.

Saya betul betul terharu dan takjub mendengar kata katanya yang amat melegakan dan menyejukkan jiwaku.

Dengan ucapannya itu, sebetulnya si Bapak ingin mengajarkan 'pesan moral' kepada kita kita ; para dokter dan para pasien . Bahwa, tidak semestinya para dokter itu merasa jumawa , seakan akan mampu menjamin kesembuhan atau keberhasilan suatu tindakan medis terhadap pasien pasien yang  dirawatnya. Dokter seyogyanya rendah hati dan tidak boleh bersikap 'Playing God' atau mengambil peran Tuhan dalam menyembuhkan penyakit pasiennya.

Sebaliknya, pasien atau keluarga pasienpun juga  tidak boleh menganggap para dokter 'segala galanya' sehingga menuntut kesembuhkan semua penyakit yang ditanganinya. Pasien dan keluarga pasien harus menyadari bahwa dokter adalah makhluk manusia juga seperti mereka ; yang punya keterbatasan, kekurangan  kelemahan serta memiliki sifat khilaf dan lupa.

Untuk menumbuhkan  kesadaran akan hal ini , mungkin diantara cara yang paling sederhana yang dapat dilakukan ialah dokter mengajak pasien dan keluarganya bersama sama berdo'a , baik sebelum maupun sesudah operasi dilakukan.




Dengan melakukan cara seperti ini,  kita ingin menyampaikan pesan bahwa sesungguhnya semua orang bertanggung jawab dan memiliki kontribusinya masing masing untuk kesembuhan penyakit ataupun keberhasilan suatu tindakan medis , dan tidak boleh  semata mata  dibebankan kepada ikhtiar yang dilakukan oleh para dokter saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar