'Ustadz, beberapa bulan terakhir ini saya menderita penyakit prostat', katanya. 'Selepas tengah malam sampai menjelang subuh, saya selalu terbangun karena harus berkali kali ke kamar mandi untuk buang air kecil. Waktu istirahat saya semakin berkurang. Saya amat terganggu dan sangat menderita sekali, ustadz !'.
'Pak dokter salah alamat. Saya bukan dokter yang bisa mengobati penyakit. Mestinya pak dokter pergi ke ahli penyakit dalam yang bisa menyembuhkan penyakit pak dokter, bukan datang ke saya', jawab si ustadz.
'Saya tahu, pak ustadz. Namun ada hal lain yang ingin saya tanyakan', sahut dokter.
'Silahkan', jawab ustadz.
'Beberapa waktu yang lalu, ustadz memberikan tausiyah di hadapan kami. Saat itu, ustadz mengatakan bahwa berbagai peristiwa yang terjadi di dunia ini sesungguhnya merupakan rangkaian hikmah yang memancar dari kasih sayang (rahman dan rahim) Tuhan kepada umat manusia'.
'Memang demikianlah adanya...', tukas ustadz
'Yang ingin saya ketahui ialah, bagaimana mungkin munculnya penyakit prostat yang kuderita sekarang ini bisa dikatakan sebagai pancaran dari kasih sayang Tuhan, padahal penyakit ini membuatku amat tersiksa dan menderita sekali ?', tanya si dokter.
Ustadz berkata,'Sebelum saya menjawab pertanyaan pak dokter, izinkanlah saya menanyakan beberapa hal'.'Tolong pak dokter ceritakan apa saja kegiatan yang dokter lakukan sehari hari mulai dari bangun tidur di pagi hari sampai tidur kembali'.
'Saya orang yang sangat sibuk,pak ustadz. Setiap hari, saya berangkat di pagi buta untuk mengejar jam masuk kerja rumah sakit, selanjutnya melayani puluhan pasien di poliklinik rawat jalan, melakukan beberapa operasi dan terkadang ikut serta dalam rapat rapat . Pulang dari rumah sakit, saya berpraktek di sebuah rumah sakit swasta. Dan baru pulang ke rumah selepas Isya dan langsung beristirahat'.
'Apakah, pak dokter pernah bangun di tengah malam untuk sekedar beberapa saat beribadah kepada Allah ?, tanya ustadz.
'Tidak pernah, pak ustadz ...!.
'Apakah pak dokter tahu bahwa ibadah yang paling afdol setelah sholat sholat fardu yang kita lakukan adalah bangun di tengah kesunyian malam untuk melakukan ibadah, bermunajat kepada Allah, merintih di hadapanNya serta meminta ampun kepadaNya atas semua dosa dan kesalahan yang pernah kita kerjakan ,sebelum maut menjemput kita ?'.
'Saya tahu dan saya sangat ingin melakukan hal itu, apalagi usiaku kini sudah semakin lanjut', jawab dokter. 'Namun, sayangnya aku tidak punya waktu untuk bangun tengah malam. Pekerjaan dan kesibukan membuatku harus banyak istirahat. Aku terlalu lelah dan capek untuk bangun tengah malam',pak Ustadz'.
'Walaupun begitu, Tuhan masih menyayangi pak dokter. Lewat penyakit prostat yang pak dokter derita sekarang ini dan sering terbangun di tengah malam, Tuhan sebetulnya ingin bertemu dan berkomunikasi dengan pak dokter. Tuhan membangunkan dan menyadarkan dokter untuk lebih mendekatkan diri kepadaNya di tengah tengah sepinya malam, agar pak dokter tidak melupakanNya ditengah tengah pekerjaan dan kesibukan dokter sehingga dapat meningkatkan rasa syukur yang semakin mendalam atas semua anugerah yang telah dilimpahkanNya. Semuanya ini untuk kebaikan pak dokter sendiri karena memang ia dipancarkan dari Kasih SayangNya kepada kita'.
'Renungkanlah, apa yang sudah saya sampaikan', kata ustadz menutup pembicaraan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar