Tatkala sampai di bandar Udara Changi Singapura dalam perjalanan pulang kembali ke Jakarta usai mengikuti Simposium di Singapore National Eye Sentre (SNEC) beberapa tahun yang silam, saya berniat mau sholat.
Setelah bertanya dan berkeliling ke sana kemari, akhirnya saya menemukan sebuah mushollah kecil yang rapih dan bersih di lantai bawah bandara.
Saya melaksanakan sholat Juhur Ashar secara jamak qashar di mushollah ini.
Selesai menjalankan sholat, secara tak sengaja mataku melihat seorang pria dengan pakaian uniform pilot pesawat yang juga sedang sholat disampingku. Dari perawakan fisiknya, tampaknya dia orang Melayu (Malaysia). Yang agak menarik ialah, ia melakukan sholatnya dengan gerakan gerakan sholat seperti yang dilakukan oleh kaum muslimin Syi'ah.
Setelah menjalankan sholat, aku mendekatinya dan mengajaknya berbincang bincang.
'Assalamu'alaikum....', sapaku.
'Wa'alaikum salam', jawabnya sambil tersenyum dan menjabat tanganku.
'Encik, Sunni atau Syi'ah ?', tanyaku.
Dia menjawab,' Saya muslim....!'.
'Apa mazhab yang Encik ikuti ?.
'Saya muslim...', jawabnya
'Encik pasti orang Syi'ah', kataku, 'Dari cara encik sholat tadi, encik pasti orang Syi'ah. Apalagi orang orang Syi'ah jarang sekali mau menyebut dirinya orang Syi'ah, dan kalau mereka ditanya pasti akan dijawab, 'Saya muslim, Saya orang Islam !'.
'Berbeda dengan muslim Sunni, kalau mereka ditanya, pasti dijawab,'Saya ikut mazhab Syafi'iy, Hanafi, Hambali, Maliki atau Salafi'.
Mungkin karena tidak bisa lagi membantahku dengan berbagai alasan, akhirnya si pilot Malaysia ini mengakui bahwa ia seorang muslim Syi'ah.
'Kita semuanya muslim bersaudara, Sunni ataupun Syi'ah', katanya.
'Kita semuanya muslim bersaudara, Sunni ataupun Syi'ah', katanya.
Tiba tiba dia bertanya. 'Encik sendiri, Sunni atau Syi'ah ?'
Aku menjawab, 'Saya muslim, Encik....!'
Kami berdua tertawa dan meneruskan 'bual' kata.
(#Rupanya se'perguruan' kita, Encik, kataku dalam hati......)
(#Rupanya se'perguruan' kita, Encik, kataku dalam hati......)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar