Sayyidina Umar bin Khattab ra adalah salah seorang Khalifah ( Pemimpin
Umat Islam ) yang amat keras terhadap perilaku korupsi yang terjadi di
lingkungan pemerintahannya. Beliau pernah mengangkat Abu Hurairah
menjadi gubernur untuk wilayah Bahrain. Suatu waktu Umar bertemu dengan
Abu Hurairah dan 'mencium' hal hal 'mencurigakan' yang terjadi pada diri
Abu Hurairah terkait dengan manajemen harta negara.
Tanpa basa basi, Umar langsung saja berkata, ' Wahai Musuh Allah ( عدو الله ) dan musuh Islam ( عدو الإسلام ) , engkau telah mengkhianati harta Allah.
Abu Hurairah menjawab, 'Aku bukan musuh Allah dan juga bukan musuh Islam tetapi aku adalah musuh siapapun yang memusuhi keduanya, aku pun tidak mengkhianati harta Allah. Harta itu adalah hasil penjualan unta - untaku dan sejumlah harta yang aku kumpulkan. Tampaknya, Umar tidak menerima argumentasi Abu Hurairah dan malah balik berkata , 'Kembalikan harta itu !'......Lalu, dia mengambil 12 ribu dirham dari harta Abu Hurairah.
http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?flag=1&bk_no=74&ID=3199
Dalam pandangan Umar bin Khattab ra orang - orang yang melakukan korupsi itu adalah orang orang yang menentang syariat Islam. Bahkan, menurut beliau merekalah sesungguhnya 'musuh - musuh Allah' dan 'musuh musuh Islam ( kaum muslimin ) ', dan - secara keseluruhan- menjadi 'musuh kemanusiaan'. Tidak heran kalau kemudian perilaku korupsi ini dikategorikan sebagai 'extraordinary crime' atau perbuatan kriminal yang luar biasa jahatnya !.
Di negara Jepang misalnya, seorang pejabat negara atau pemimpin publik yang baru 'terindikasi' melakukan korupsi, segera mengundurkan diri dari jabatan yang disandangnya atau dipaksa untuk melepaskannya. Dan tidak jarang ada diantara mereka yang melakukan 'harakiri' ( bunuh diri ). Mereka menganggap perilaku korupsi itu adalah perbuatan yang amat memalukan dan tercela, bukan saja bagi dirinya tetapi juga bagi keluarga atau masyarakat yang berada di bawah kepemimpinannya
Hal sebaliknya terjadi di Indonesia. Orang - orang yang sudah dijadikan tersangka sebagai koruptor masih bisa senyum senyum, ketawa ketawa dan ditayangkan bak selebriti di berbagai media publik. Bahkan, ada yang dilantik sebagai pejabat negara atau anggota legislatif dan masih memimpin daerahnya dari balik jeruji besi penjara atau masih sempat ber'gerilya' kesana kemari melakukan konsolidasi organisasi/partainya tanpa sedikitpun punya rasa malu.
Lebih memalukan lagi kalau yang melakukan korupsi itu adalah pemimpin pemimpin partai politik yang berasaskan agama. Mereka telah menodai kesucian dan keluhuran agama dengan perilaku mereka yang 'extraordinary crime', luar biasa jahatnya' itu. Alih alih menegakkan syariat agama dalam korupsi, mereka malah menantangnya dan bahkan melakukan perbuatan tercela itu.
Maka, sekali lagi , meminjam ungkapan Umar bin Khattab ra, para koruptor semacam inilah yang sebetulnya layak kita beri predikat sebagai musuh Tuhan dan musuh agama, tidak perduli apa agama dan apa afiliasi atau partai politiknya.
Sambil meminjam ucapan Abu Hurairah, marilah kita musuhi para musuh Tuhan dan musuh agama ini !.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar