Suatu hari, saya melakukan operasi katarak terhadap seorang bapak yang berusia 60-an tahun. Seperti biasa, hari pertama setelah operasi, perban mata dibuka. Walaupun hasilnya tidak begitu jelek, namun tampaknya tidak begitu memuaskan.
Lalu, aku berkata kepadanya dengan suara datar dan terbata bata ; 'Pak, saya mohon ma'af, Pak, hasil operasi saya tidak sesuai dengan harapan Bapak '. Saya sudah berusaha....
Tiba tiba, dia menyela. 'Tidak ada yang perlu dima'afkan, dok', katanya. 'Malah, sayalah yang harus berterima kasih kepada dokter. Keadaan mata saya sekarang jauh lebih baik dari sebelumnya. Dokter sudah berusaha bersungguh sungguh mengoperasi mata saya dan memperlakukan kami layaknya keluarga. Buat saya , ini saja sudah merupakan karunia yang amat berharga', 'Biarkanlah Allah yang mengatur hasilnya, dok'. 'Tugas kita hanyalah berikhtiar saja !'.
Lalu, aku berkata kepadanya dengan suara datar dan terbata bata ; 'Pak, saya mohon ma'af, Pak, hasil operasi saya tidak sesuai dengan harapan Bapak '. Saya sudah berusaha....
Tiba tiba, dia menyela. 'Tidak ada yang perlu dima'afkan, dok', katanya. 'Malah, sayalah yang harus berterima kasih kepada dokter. Keadaan mata saya sekarang jauh lebih baik dari sebelumnya. Dokter sudah berusaha bersungguh sungguh mengoperasi mata saya dan memperlakukan kami layaknya keluarga. Buat saya , ini saja sudah merupakan karunia yang amat berharga', 'Biarkanlah Allah yang mengatur hasilnya, dok'. 'Tugas kita hanyalah berikhtiar saja !'.
Saya betul betul terharu dan takjub mendengar kata katanya yang amat bijak dan menyejukkan hati.
Dengan ucapannya itu, sebetulnya si Bapak ingin mengajarkan 'pesan moral' kepada kita kita ; para dokter dan para pasien.
Bahwa, tidak semestinya para dokter merasa jumawa , seakan akan mampu menjamin kesembuhan atau keberhasilan suatu tindakan medis terhadap pasien pasien yang dirawatnya. Dokter seyogyanya rendah hati dan tidak boleh bersikap 'Playing God' atau mengambil peran Tuhan dalam menyembuhkan penyakit pasiennya.
Sebaliknya, pasien atau keluarga pasienpun juga tidak boleh menganggap para dokter 'segala galanya' sehingga menuntut kesembuhkan semua penyakit yang ditanganinya. Pasien dan keluarga pasien harus menyadari bahwa dokter adalah makhluk manusia juga seperti mereka ; yang punya keterbatasan, kekurangan dan kelemahan.
Yang kita lakukan hanyalah ikhtiar !.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar