Senin, 08 Desember 2014

KENIKMATAN SURGA

Seperti biasa, setiap hari Jum'at ba'da Ashar, ustadz Syukur  beserta warga perumahan mengadakan pengajian di sebuah mesjid  yang berada di kompleks perumahan tersebut. Hari itu pengajiannya dihadiri oleh sepasang suami istri penyandang tunanetra ( buta ) beserta anak semata wayang mereka, seorang bocah perempuan berusia 5 tahun. Mereka datang dari kampung yang bersebelahan dengan kompleks perumahan itu.

Dalam pengajian kali ini, ustadz Syukur menguraikan panjang lebar berbagai macam kenikmatan yang bisa dirasakan manakala kita ditakdirkan oleh Allah SWT masuk ke dalam surga. Usai memberikan ceramah, ustadz Syukur memberikan waktu untuk tanya jawab. Namun, berbeda dengan pengajian pengajian sebelumnya, kali ini pak ustadzlah yang mengajukan pertanyaan kepada para jama'ahnya. Pertanyaannya ialah kenikmatan apa saja yang ingin mereka  rasakan jika berada di dalam surga.

'Saya ingin makan makanan yang paling lezat, pak ustadz, kata salah seorang ibu.
'Saya ingin punya banyak rumah dan mobil', tutur seorang bapak.
'Aku mau minum air susu , madu dan anggur sepuasnya', kata yang lain.
'Apa benar di surga ada bidadarinya, ustadz ?', tanya seorang pria muda ditimpali cekikikan dari ibu ibu.
Suasana di dalam ruang mesjid itu menjadi riuh rendah.

Pandangan mata ustadz tertuju kepada pasangan suami istri tunanetra yang duduk di bagian belakang. Ustadz mengajukan pertanyaan kepada si bapak ,'Pak, apa yang bapak inginkan jika Bapak masuk ke dalam surga ?'.

Si bapak sejenak terdiam. Wajahnya terlihat agak sedih dan murung. Sambil membelai belai kepala anaknya yang bermain main di pangkuannya, dia  berkata, 'Pak ustadz, kami ini orang bodoh dan miskin. Sejak anak kami ini lahir ke dunia, kami berdua belum pernah sekalipun melihat wajahnya. Kami ingin sekali melihat wajah buah hati kami ini, pak ustadz. Apakah kami berdua bisa melihat anak kami ini di dalam surga , ustadz ?.

Mendengar kata kata si bapak, semua yang hadir tiba tiba terdiam dan diliputi perasaan haru. Sebagian jama'ah tak kuasa menahan air mata. Kedua pelupuk mata ustadz terlihat berlinang linang , ia tak bisa berkata apa apa seakan akan suaranya tersekat di kerongkongan.  Ia datangi si bapak.

Sambil merangkul pundaknya, ustadz berkata ,'Insya Allah, pak. Dengan kuasa dan kehendak Tuhan, bapak dan ibu pasti bisa melihat wajah anak ini di surga nanti'.
'Alhamdulillah. Terima kasih, ustadz', jawab kedua suami istri itu dengan wajah berbinar binar gembira sambil memeluk dan menciumi anak mereka.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar