Selasa, 31 Maret 2015

BURUK SANGKA DAN DENGKI


Suatu hari, Nabi Muhammad saw berkumpul bersama para Sahabatnya. Tiba tiba, beliau berkata, 'Perhatikan, sebentar lagi kalian akan melihat salah seorang hamba Tuhan yang kelak akan masuk ke dalam surga'. Sesaat kemudian, muncul di hadapan mereka seorang lelaki yang tidak begitu mereka kenal.

Abdullah bin Amr bin al-Ash ra , salah seorang Sahabat, merasa amat penasaran dan ingin tahu ibadat apa yang dilakukan orang ini sehingga dia digadang gadang oleh Nabi sebagai salah seorang calon penghuni surga. 

Abdullah mendatanginya dan memohon agar diperkenankan untuk menginap di rumahnya. Orang itu tidak keberatan. Selama menginap disana, Abdullah terus menerus 'memantau dan memata matai' ibadat atau amalan agama yang dilakukan orang itu.

Akhirnya, sebelum meninggalkan rumahnya, Abdullah bertanya, ' Selama 3 hari menginap disini , saya tidak menemukan hal hal istimewa yang anda kerjakan. Ibadat dan sholat/sembahyang anda biasa biasa saja. Padahal, Nabi pernah mengatakan kepada kami bahwa anda adalah calon penghuni surga. Apa sih amalan agama yang anda kerjakan ?'.

Orang itu menjawab, 'Demi Allah, amalku tidak lebih daripada apa yang engkau saksikan itu. Hanya saja aku tidak pernah menyimpan pada diriku niat yang buruk (buruk sangka) terhadap kaum muslim, dan aku tidak pernah menyimpan rasa dengki atas kebaikan yang diberikan Allah kepada mereka'.

Abdullah berkata, ' Begitu bersihnya hatimu dari perasaan buruk terhadap kaum muslim dan bersihnya hatimu dari perasaan dengki, inilah yang menyebabkan engkau sampai ke tahap yang terpuji itu. Inilah yang tidak mampu kami lakukan '.

(Hayat al-Shahabah, jil.2, hlm. 520-521)
--------
Pesan moral yang bisa kita petik dari kisah di atas ialah pertama, jangan sekali kali meremehkan orang yang ibadat ritualnya ( seperti sholat/sembahyang, puasa, do'a dan lain lain ) tidak sebanyak dan sebaik yang kita kerjakan.

Kedua, sekedar menjalankan ibadat ritual saja ternyata tidaklah menjamin seseorang memperoleh kebahagiaan dan keselamatan dari Tuhan. Agar ibadat ritual kita memiliki nilai di 'mata' Tuhan, ia harus pula dibarengi dengan upaya kita untuk selalu menumbuhkan sikap dan perilaku berbaik sangka, 'husnudzon' ( positive thinking ) diantara sesama hamba Tuhan.

Karena itu, marilah kita hentikan kebiasaan mencari cari kesalahan, kejelekan dan keburukan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar