Pernah di bulan puasa Ramadhan, seorang ustadz yang
amat sederhana dan bersahaja di sebuah pesantren kecil nun jauh di
pelosok kampung di Jawa Tengah, diwawancarai oleh salah satu stasiun
TV swasta terkait dengan soal 'Pluralisme dan Toleransi Beragama'.
Berikut ini substansi wawancara tersebut dan saya tuliskan kembali dengan 'bahasa dan pemahaman saya'.
Pewawancara stasiun TV swasta itu bertanya , 'Bagaimana sikap ustadz terhadap orang orang yang masih berjualan makanan dan minuman di bulan puasa ini ?'.
Si ustadz menjawab santai, 'Ya biarkan saja !'. 'Emangnya mereka mengganggu orang lain ?'.
'Loh ustadz, bukankah dengan berjualan makanan dan minuman di siang hari bolong berarti mereka mereka tidak menghormati orang orang yang berpuasa ?'.
Si ustadz menjawab santai, 'Ya biarkan saja !'. 'Emangnya mereka mengganggu orang lain ?'.
'Loh ustadz, bukankah dengan berjualan makanan dan minuman di siang hari bolong berarti mereka mereka tidak menghormati orang orang yang berpuasa ?'.
Si ustadz malah ketawa ngakak. 'Sampeyan itu keliru !', katanya. 'Orang
yang berpuasa itu tidak butuh penghormatan. Puasa adalah salah satu
bentuk ibadah terhadap Tuhan. Puasa itu urusan anda dengan Tuhan anda.
Jadi, nggak perlu ditonjol tonjolkan, apalagi harus di-hormat hormat-i
segala!'.
'Lalu, bagaimana pendapat ustadz terhadap segerombolan orang yang
mengobrak abrik warung warung makanan yang masih buka di bulan puasa
ini ?'.
Ustadz menjawab singkat, ' Itu perbuatan anarkis !. Mereka tidak mencerminkan akhlak orang yang beragama !'.
Ustadz menjawab singkat, ' Itu perbuatan anarkis !. Mereka tidak mencerminkan akhlak orang yang beragama !'.
'Tapi ustadz, bukankah tujuan mereka adalah untuk menjaga agar semua
orang yang berpuasa itu tidak tergoda dengan hal hal yang diharamkan
Tuhan ?'
'Supaya anda tahu , tidak semua orang di negeri kita ini - bahkan orang
Islam sekalipun - harus berpuasa di bulan Ramadhan ini, diantaranya
para musafir yang datang dari negeri yang jauh, orang - orang yang
menderita sakit, para wanita hamil dan menyusui, orang - orang tua yang
sudah tua renta.... dan jangan lupa saudara saudara kita yang non
muslim'.
'Anda bayangkan, kalau semua warung makanan harus ditutup demi
menghormati orang yang berpuasa, lantas kemana orang orang yang tidak
berpuasa ini harus mencari makanan ?. Apa perbuatan semacam ini tidak
malah membuat mereka menderita ?. Katanya bulan suci, koq malah
menzholimi orang lain ?". Hormatilah hak hak mereka yang tidak berpuasa
!.
![]() |
http://inflammateomnia.wordpress.com/page/2/ |
"Lagipula, kalau para pemilik warung makanan itu harus menutup
jualannya, lalu darimana mereka mendapatkan nafkah untuk membiayai
kehidupannya sehari hari ?'. 'Darimana mereka harus mendapatkan uang
untuk memberi 'makan' anak anak dan keluarganya ?'. 'Apa sampeyan dan
'gerombolan orang orang saleh' itu sudi dan rela mengganti biaya hidup
mereka karena kalian larang berjualan ?', tanyanya.
Saya betul betul takjub dengan jawaban lugas dan tegas dari seorang
ustadz yang 'tidak populer' dan bukan 'selebritis ini. Tampaknya, para
ustadz, para kiyai dan para alim ulama di Indonesia yang ilmunya sudah
amat sangat mumpuni , perlulah sekali sekali belajar dari ustadz yang
sederhana dan bersahaja ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar