Sabtu, 28 Juni 2014

BEREBUT KEPEMIMPINAN

Al-Syahrastani , dalam kitab al-Milal waal-Nihal menulis, "Tidak pernah darah di tumpahkan dan pedang dihunus dalam Islam kecuali karena pertikaian masalah Imamah ( kepemimpinan ).

Bahkan, pertikaian soal kepemimpinan itu telah muncul tatkala Nabi Muhammad SAW baru saja meninggal dunia dan jenazah beliaupun belum dikebumikan. Sedemikian hebatnya pertikaian soal kepemimpinan ini sehingga - menurut catatan sejarah- telah terjadi teror mental dan tindakan anarkis diantara para Sahabat Nabi pada waktu itu. Sebagian Sahabat Nabi bahkan tidak mengakui legitimasi kepemimpinan Khalifah ( pemimpin umat ) yang baru dan menolak berbai'at ( menyatakan sumpah setia ) kepadanya.

Oleh sebagian penulis, pertikaian masalah kepemimpinan di balairung Bani Sa'idah pasca wafatnya Nabi Muhammad SAW lebih dari 1400 tahun yang silam itu, disebut sebut sebagai 'Awal Perpecahan Umat '. Kenapa ?. Karena, peristiwa itu menjadi 'cikal bakal' dari berbagai perebutan kepemimpinan di kemudian hari yang tidak jarang menjadi ajang saling bunuh dan menumpahkan darah diantara kaum muslimin sehingga menyebabkan jatuhnya puluhan ribu korban.

Hal yang samapun terjadi juga di dalam perjalanan sejarah komunitas agama lain dan komunitas komunitas masyarakat berbasis primordialisme.

Maka, dalam konteks pemilihan kepemimpinan atau Capres/Wacapres di Indonesia , hendaknya kita semua bisa belajar dari peristiwa 'kelam' di masa lalu di atas sehingga pesta demokrasi di negeri ini tidak lagi diwarnai dengan teror teror mental seperti kampanye hitam ,menebar fitnah,melontarkan hujatan hujatan serta 'hobby' mencari cari kejelekan/kesalahan pihak lain. Apalagi hal itu dilakukan oleh orang orang yang dikategorikan sebagai kaum intelektual dan bergelar akademis. Sungguh, sangat menyedihkan dan memalukan !.

Salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar