'Tidaklah aku diutus oleh Tuhan kecuali hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia', demikian sabda Nabi SAW.
Ukuran kemuliaan seseorang bukan terletak pada 'label label agama, mazhab ataupun aliran' yang melekat di dalam dirinya, namun terlihat dari perilaku dan tutur kata (tulisan) nya.
Ukuran kemuliaan seseorang bukan terletak pada 'label label agama, mazhab ataupun aliran' yang melekat di dalam dirinya, namun terlihat dari perilaku dan tutur kata (tulisan) nya.
Lihatlah apa yang dicontohkan oleh para ulama - ulama Islam terdahulu.
Imam Abu Hanifah dan Imam Maliki - pemuka ulama dari kalangan muslim
Sunni - misalnya, pernah 'berguru' kepada Imam Ja'far Ash Shadiq yang
berasal dari muslim Syi'ah yang memiliki akhlak dan ilmu yang sangat
mumpuni.
Bahkan, para ahli hadist Sunni, seperti Imam Bukhari dan Imam Muslim pun tidak sungkan sungkan meriwayatkan banyak hadist dari orang - orang Syi'ah hanya karena akhlak mereka yang amat mulia. Demikian juga sebaliknya.
Namun, sikap seperti ini tidak diikuti oleh sebagian dari pengikutnya di kemudian hari. Mereka enteng sekali memvonis orang lain dengan kafir (tidak Islam), sesat atau bid'ah hanya karena berbeda pemahaman dan ketidaktahuan. Mereka lebih senang mendeskreditkan pihak lain, daripada mendeskripsikannya. Lebih suka mempersekusi ketimbang mengapresiasi !.
Sayangnya, akhlak buruk semacam ini masih saja dianut oleh kelompok masyarakat yang mengklaim dirinya sebagai kaum intelektual dan menyandang gelar pendidikan tinggi. Sungguh ironis !.
Bahkan, para ahli hadist Sunni, seperti Imam Bukhari dan Imam Muslim pun tidak sungkan sungkan meriwayatkan banyak hadist dari orang - orang Syi'ah hanya karena akhlak mereka yang amat mulia. Demikian juga sebaliknya.
Namun, sikap seperti ini tidak diikuti oleh sebagian dari pengikutnya di kemudian hari. Mereka enteng sekali memvonis orang lain dengan kafir (tidak Islam), sesat atau bid'ah hanya karena berbeda pemahaman dan ketidaktahuan. Mereka lebih senang mendeskreditkan pihak lain, daripada mendeskripsikannya. Lebih suka mempersekusi ketimbang mengapresiasi !.
Sayangnya, akhlak buruk semacam ini masih saja dianut oleh kelompok masyarakat yang mengklaim dirinya sebagai kaum intelektual dan menyandang gelar pendidikan tinggi. Sungguh ironis !.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar