
Dalam pandangan George Jordac, Imam Ali as digambarkan sebagai 'Suara
Keadilan' yang mewakafkan seluruh hidupnya untuk menegakkan keadilan
buat seluruh umat manusia, melintasi sekat sekat agama. Salah satu
keadilan yang diperjuangan oleh Imam Ali ialah keadilan sosial ekonomi,
yakni pemerataan distribusi kekayaan diantara seluruh penduduk negeri
dan keperdulian terhadap orang - orang miskin dan terlantar.
Mungkin karena itulah, dalam kesempatan lain George Jordac mengatakan : 'According to Christian thinkers, the image of Imam Ali is very close to that of Jesus Christ - menurut para pemikir Kristen, sosok Imam Ali amat mirip dengan sosok Yesus Kristus' (http://sadrejahan.blogfa.com/post/29 ).
Imam Ali as berkata : "ma ro'aitu ni'matan ma'furotan illa bijanibiha haqqun mudoyya". "Tidak pernah aku melihat orang memperoleh kenikmatan yang berlimpah ruah, kecuali disampingnya ada hak hak orang lain yang disia siakan".
Di negeri kita ini, ketika jutaan manusia harus bergelut mencari sesuap nasi dan menderita kelaparan berhari hari, orang orang yang hidupnya berkelimpahan justru membuang kelebihan makanannya ke tong tong sampah. Di hotel hotel mewah, ratusan juta bahkan milyaran rupiah dihambur hamburkan oleh penguasa dan pengusaha kaya Indonesia untuk pesta pernikahan anaknya atau jamuan penghormatan bagi kolega kolega mereka yang umumnya sudah makan kenyang.
Dalam kondisi semacam ini , Imam Ali - seperti juga dikutip oleh George Jordac di dalam bukunya itu - mengatakan : " Sekiranya di dalam satu tempat ada orang yang lapar dan ada orang yang telanjang, maka yang berdosa adalah orang - orang kaya diantara mereka ". Ali menganjurkan orang - orang miskin untuk menuntut hak haknya itu dari orang orang kaya bahkan dengan cara paksaan sekalipun !.
Jadi, dalam pandangan Imam Ali as yang juga dikenal sebagai Bapak Sufisme ( Spiritual ) Islam, keber-agama-an itu tidak hanya ditunjukkan dengan menjalankan ibadah ibadah ritual semata seperti sembahyang, puasa, membaca kitab suci, berdo'a/zikir, pergi ibadah ke tanah suci dan lain lain atau sekedar merasakan nikmatnya 'bertemu' dengan Tuhan di dalam perjalanan sipiritual ( Spiritual Journey ) dan penghayatan kebatinan , namun juga harus memperjuangkan keadilan sosial ekonomi di tengah tengah masyarakat !.Dan, inilah sesungguhnya misi keber-agama-an itu !.
Mungkin karena itulah, dalam kesempatan lain George Jordac mengatakan : 'According to Christian thinkers, the image of Imam Ali is very close to that of Jesus Christ - menurut para pemikir Kristen, sosok Imam Ali amat mirip dengan sosok Yesus Kristus' (http://sadrejahan.blogfa.com/post/29 ).
Imam Ali as berkata : "ma ro'aitu ni'matan ma'furotan illa bijanibiha haqqun mudoyya". "Tidak pernah aku melihat orang memperoleh kenikmatan yang berlimpah ruah, kecuali disampingnya ada hak hak orang lain yang disia siakan".
Di negeri kita ini, ketika jutaan manusia harus bergelut mencari sesuap nasi dan menderita kelaparan berhari hari, orang orang yang hidupnya berkelimpahan justru membuang kelebihan makanannya ke tong tong sampah. Di hotel hotel mewah, ratusan juta bahkan milyaran rupiah dihambur hamburkan oleh penguasa dan pengusaha kaya Indonesia untuk pesta pernikahan anaknya atau jamuan penghormatan bagi kolega kolega mereka yang umumnya sudah makan kenyang.
Dalam kondisi semacam ini , Imam Ali - seperti juga dikutip oleh George Jordac di dalam bukunya itu - mengatakan : " Sekiranya di dalam satu tempat ada orang yang lapar dan ada orang yang telanjang, maka yang berdosa adalah orang - orang kaya diantara mereka ". Ali menganjurkan orang - orang miskin untuk menuntut hak haknya itu dari orang orang kaya bahkan dengan cara paksaan sekalipun !.
Jadi, dalam pandangan Imam Ali as yang juga dikenal sebagai Bapak Sufisme ( Spiritual ) Islam, keber-agama-an itu tidak hanya ditunjukkan dengan menjalankan ibadah ibadah ritual semata seperti sembahyang, puasa, membaca kitab suci, berdo'a/zikir, pergi ibadah ke tanah suci dan lain lain atau sekedar merasakan nikmatnya 'bertemu' dengan Tuhan di dalam perjalanan sipiritual ( Spiritual Journey ) dan penghayatan kebatinan , namun juga harus memperjuangkan keadilan sosial ekonomi di tengah tengah masyarakat !.Dan, inilah sesungguhnya misi keber-agama-an itu !.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar